Kamis, 09 Juni 2022

Pohon Kelapa terakhir

 Pohon Kelapa Terakhir


Sejak kapan kebun yang awalnya lahan menanam singkong dan jagung berubah menjadi hutan? Pertanyaan ini muncul saat saya pulang kampung tanah kelahiran yang sudah saya tinggalkan berpuluh-puluh tahun. Ya, kebun-kebun yang tidak seberapa luas milik masyarakat Dusun Sembada, Kec. Karanggayam, Kab. Kebumen sekarang sudah berubah menjadi hutan kayu. Hutan kayu apa? Kayu apa saja, karena memang pohon-pohon kayu itu tumbuh sesuai kehendak sang Pencipta. Tidak ada campur tangan para pemilik lahan. 

Ini sebagai contoh saja. Dulu pohon kelapa ada di mana-mana. Saat ini sangat sulit untuk menemukannya. Mei 2022 yang lalu saya masih sempat mengambil gambar dua batang pohon kelapa tua yang umurnya lebih dari 70 tahun. Bisa jadi sudah ratusan tahun.  Tampaknya ini menjadi pohon kelapa tertua dan terakhir yang dapat ditemukan di bumi Sembada Desa Karangreja.


Seperti apakah hutan desa yang terjadi. Alas alias hutan yang dipenuhi pohon thukulan. Thukulan dari verba thukul yang artinya tumbuh. Thukulan artinya pohon yang tumbuh secara alamiah tanpa campur tangan dan budidaya manusia. Ada bebijian yang diterbangkan angin (atas perintah Sang Pencipta) dan jatuh di belahan bumi tanah-Nya kemudian tumbuh dan berkembang menjadi besar setelah mengalami proses pertumbuhan berpuluh-puluh tahun. 

Jika saya buka kembali postingan tentang wisata tracking di Sembada Karangrejo dan melihat kembali foto-foto yang disertakan di situ, ada imaginasi lain yang muncul. Harus dimanfaatkan untuk apa hutan desa milik masyarakat itu? Apakah memang harus dibiarkan lahan yang tadinya kebon budin (kebun ketela) sekarang berubah menjadi hutan liar? Pohon-pohon dan tanaman gulma yang tumbuh liar alias thukul karepe dewek dibiarkan tanpa dimanfaatkan untuk apapun. Menjadi tanah bera, tanah yang dibiarkan oleh para pemiliknya tanpa digarap untuk kegiatan yang menghasilkan. Terus para pemiliknya kemana? Mereka turun gunung menjadi buruh yang dapat menghasilkan uang secara instan. Menjadi buruh pasir, misalnya.

Terus apa yang dapat diupayakan untuk memanfaatkan "hutan liar" milik warga yang dibiarkan bera? Perlu ikhtiar dan sholat istikhoroh untuk mmulai perintisan budi daya "hutan liar" Dusun Sembada. Bisa dicoba ternak kambing (kambing jawa randu atau wedus gembel) sistem angon dan semi umbaran. 

Ternak Kambing Umbaran

Kita dapat menyaksikan banyak cara beternak kambing atau domba tanpa ramban, tanpa ngarit Semoga saat saat bisa diuji coba dan masyarakat tersadarkan bahwa menghidupkan "bumi mati" adalah bagian dari ibadah. 

"Siapa saja yang menghidupkan tanah yang mati, maka di sana ia akan memperoleh pahala dan tanaman yang dimakan binatang kecil (seperti burung atau binatang liar), maka hal itu menjadi sedekah baginya” (HR. Darimiy dan Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam al-Irwaa’ (4/6)). 

Teks hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bahasa dan huruf Arab seperti di bawah ini.

مَنْ أَحْيَا أَرْضًا مَيِّتَةً فَلَهُ فِيْهَا أَجْرٌ، وَمَا أَكَلَهُ الْعَوَافِيُّ  فَهُوَ لَهُ صَدَقَةٌ


Afala tatafakkarun... 

[Jimbaran, Jumat Paing 10 Juni 2022/ 10 Zulqoddah 1443H)]

 Pohon Kelapa Terakhir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar