Minggu, 04 Juli 2021

Gerakan Infaq Seribu-Rp Sehari (GISS)

Gerakan Infaq Seribu-Rp Sehari (GISS) 

Gerakan Infaq Seribu-Rp Sehari (GISS. Dimulai Juni 2020. Teknis pelaksanaannya: (b) transfer ke rek. LAZISMU BNI Syariah Rek No. 0954330874 a/n Lazismu Kabupaten Badung; (b) dikumpulkan dlm kotak di rumah masing2 peserta GISS, setelah terkumpul kemudian disetor (ke Bendahara/transfer).
Daftar Peserta GISS: 
1). H. Nur Shodiq 2). 
Majid (No. 2 s.d. 5 akan digabung dan ditransfer ke rek. lazismu) 
3). Silma 
4). Hajra 
5). Rahma 
6). Hadi Supeno 
7). Didik BP 
8). Muthohir (kotak infaq di rumah) 
9). Andi P 
10). Mas Yoyok 
 11). Fitri Asyia Nurul Safitri 
12). Asduki 
13). Ikrima 
14). Bpk. H.A.Shoim 
 15). HM. Tukiran 
 16). Ibu Sumarni 
 17). 
18. HM DRS. ARFAI SYUKRI

Ririn Teruskan


"Wahai orang-orang yang beriman infaqkanlah sebagian dari rezki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datangnya hari yang saat itu tidak ada lagi jual beli, tidak ada persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Adapun orang orang kafir mareka itulah orang orang yang zalim" (QS Al-Baqarah (2): 254)

Rabu, 13 Januari 2021

TAMAN BALAI MALANG KARANGREJO, KARANGGAYAM, KEBUMEN JAWA TENGAH

 TAMAN BALAI MALANG 

KARANGREJO, KARANGGAYAM,

KEBUMEN JAWA TENGAH


Universal waterproof

Namanya Taman Balai Malang. Penamaan Balai Malang berawal dari peninggalan sebuah Balai yang posisi  berdirinya malang, alias tidak sejajar dengan posisi jalan raya desa. Oleh karenanya dinamailah Balai Malang. Balai sendiri awalnya juga sebuah bangunan sederhana beratap dan berlantai pasir. 

Bangunan Balai Malang ini merupakan bagian dari keberadaan dua buah beji yang ada di sebelah selatan bangunan Balai Malang. Di depan pintu masuk atau pintu gerbang dulu ada sepasang pohon gandek yang merupakan gapura dan bagian dari bangunan Balai Malang. Di pinggir beji juga ada dua buah pohon kepuh. Menurut cerita orang tua dan sesepuh Dusun Sembada, beji dan Balai Malang memang dibangun dan diperuntukkan bagi putra selir raja Pajang. 

KUNJUNGI  OBJEK WISATA DESA KARANGREJO, KEBUMEN

Raja Pajang (sesepuh dusun Sembada tidak menyebutkan namanya) mempunyai istri selir. Dari istri selir lahirlah seorang bayi laki-laki.  Konon anak selir ini sudah menunjukkan kesaktian dan kehebatan sejak bayi. Suatu hari anak ini menangis minta kelapa muda. Sambil menangis is menunjuk kelapa muda yang masih ada di atas pohon. Tidak dinyana dan diduga pohon kelapa itu melengkung ke depan anak raja itu seperti mempersilakan diri untuk diambil kelapanya.


Melihat kesaktian putra selirnya, raja itu khawatir kelak setelah besar sang anak selir itu akan mengambil alih kekuasanaannya.  Sejak kejadian itu, sang raja berpikir bagaimana cara menyingkirkan putra selir ini. Singkat cerita, anak kecil ini diungsikan ke dusun Sembada dengan dibekali sepasang burung perkutut, sepasang pohon gandek, dibuatkan Balai (disebut Balai Malang karena posisi bangunan yang malang jalan), dua buah beji. Ia diungsikan ke dusun Sembada dengan ditemani seorang pembantu.

Tidak berapa lama anak raja selir itu meninggal dunia dan dimakamkan di kuburan lor dusun Sembada. Kuburannya dibangun dengan sangat megah untuk ukuran dusun Sembada.  Kuburan makan raja kecil ini termasuk istimewa karena ditembok dan diatapi. Pintunya berukir. Inilah makan anak selir raja Pajang. 

Dengan demikian keberadaan Balai Malang tidak bisa dipisahkan dari keberadaan Makan Punden Kuburan Lor dusun Sembada, dan dua buah beji.



Cerita sejarah Kuburan Punden (Kuburan Lor), 2 Buah Beji, dan Balai Malang

(Berdasarkan cerita lisan Bapak Almarhum (Khaeruddin)

Ini tradisi di kampung sewaktu saya kecil. Setiap orang yang akan punya gawe (mantu dan atau nyepeti) anak-anaknya, pasti melakukan “resik” (ziarah kubur dan membersihkan makam orang yg dikunjungi makamnya). Pasti yang diziarahi adalah makam mbah buyut dan keluarga besar yang akan punya gawe. Bagi saya dan anak-anak di kampung, diundang untuk ikut “resik” merupakan kebahagiaan yang tiada tara, karena selesai resik kuburan pasti akan makan kepungan dengan nasi putih (nasi beras) dan daging ayam. (Waktu itu makan nasi putih (beras) sesuatu yanga sangat istimewa, karena sehari-hari nasi yang dimakan adalah nasi budin. 

Ada makam yang diistimewakan karena setipa resik pasti puncaknya adalah ke makam punden di Kuburan Lor. Saya pernah tanya kpd Bapak, kuburan siapakah itu kok setiap orang resik dan ziarah ke makam itu. Bahkan ada satu dua orang Kaligending kadang juga berziarah (minta doa?) ke makam itu.

Menurut cerita Bapak, makam itu adalah kuburan putra selir Raja Pajang (Saya tdk menanyakan siapa nama raja itu). Anak selir raja Pajang itu konon punya keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Ia bisa memanggil (ngawe) pohon kelapa sehingga pohon kelapa itu bisa “mentiur” ke hadapan anak selir raja itu. Setiap kali ia kepingin degan, ia akan ngawe pohon kelapa dan mentiurlah pohon itu kehadapannnya.

Sejak itu Sang Raja agak cemas melihat kehebatan putra selirnya. Singkat cerita ia diungsikan ke Dusun Sembada dengan disertai dua pengawal dan seorang pembantu (pengasuh) perempuan. Di Dusun Sembada ia dibuatkan taman yang diberi nama Balai Malang (posisi bangunan malang jalan, sehingga dinamai Balai Malang. Taman Balai Malang dilengkapi dengan sepasang pohon gandek yang ditanam di kiri dan kanan pintu gerbang. Taman Balai Malang dilengkapi juga dua buah beji dan dua buah pohon gayam. Ia juga dibekali sepasang burung perkutut yang dilepas di taman Balai Malang. Burung perkutut ini sangat merdu (saya masih mengalaminya) jika manggung di pohon gayam. Saking merdunya, tukang gethek (penjual bambu yang dibuat gethek dibawa menelusuri sungai sangat terkagung-kagum setiap melintas dekat Selis sebelum bendungan kali. Saking kagumnya sampai gethek yang harusnya dikendalikan sampai berputar-putar, “minger-minger” tak terkendali.  Sejak itulah perkutut yang suara merdu itu disebut “Kutut Gethek Minger”. 

Tidak berapa lama anak raja selir yang diungsikan di Dusun Sembada, di Taman Balai Malang itu meninggal dunia. Ia dimakamkan di kuburan Sembada Lor yang waktu itu dikenal dengan Kuburan Punden yang dijadikan tempat ziarah puncak bagi masyarakat Sembada.

Sewaktu saya kecil, setiap tanggal 10 Syura, masyarakat Sembada motong kambing. Upacara penyembelihan  kambing yang dilakukan di Kompleks Taman Balai Malang disebut “Suran”, karena dilaknasakan pada bulan Syura (Asyura). Upacara Suran setahu saya satu-satunya kegiatan yang dipusatkan di Balai Malang. Kambing itu dipotong dan dimasak (jangan santen). Piring yang digunakan takir dari daun pisang. Wadah yang digunakan untuk membewa dan menyajikan “jangan wedus” itu terbuat dari bambu (bumbung). Kita membawa pulang “jangan wedus” itu juga menggunakan “bumbung”.

Biasanya anak-anak sekitar pada tahun 70-an dan sebelumnya bermain dan berteduh di bale ini.

Di sebelah selatan barat bale ini dulu ada dua buah beji, yakni kolam sumber air sebanyak dua buah. Sekitar akhir tahun tahun 1989, bale dan dua buah beji menjadi korban pengembangan dan bendung Kaligending. Sejak itu hilanglah dua buah beji dan bale yang disebut Balai Malang itu. 

Akhir tahun 2020 dan awal 2021, lahan milik desa itu mulai dibenahi dengan dibuatlah bangunan gazebo seperti tampak di bawah ini. Pembuatan gazebo ini diupayakan dalam rangka merevitalisasi Taman Bale Malang sehingga layak menjadi taman dan objek pariwisata.

Taman Bale Malang terletah di dusun Sembada desa Karangrejo, Kecamatan Karanggayam, Kabupten Kebumen.

Jika dari pusat kota Kebumen, ada dua jalur yang bisa digunakan. Jalur pertama yang bisa langsung ke lokasi taman adalah melalui jalur Desa Karangpoh terus ke utara kurang lebih 12 KM. Tepatnya barat jembatan tembana belok kanan (jika dari kota kebumen) atau belok kiri jika anda dari araha barat/Pejagoan.

Jalan menuju ke lokasi cukup bagus. Anda bisa menggunakan roda 4 atau roda dua. Suasana pedesaan menyuguhkan pemandangan yang sangat menawan. Sepanjang jalan kita bisa menyaksikan sungai Lukulo ynag membentang di sebelah kanan jalan. 





Objek wisata Desa Karangrejo, Kebumen